2012
04.25

Mangga Kio Sawoei

Mangga Kio Sawoei

Friday, 9 December 2011

 

 

Mangga khioe sawoei atau kio sawol adalah mangga yang berasal dari thailand, struktur buahnya empuk dan berserat dan biji nya sangat tipis, itulah yang menyebabkan mangga jenis ini banyak di gemari oleh para penikmat mangga karena mangga ini dapat dipanen muda alias manenda. Khioe sawoei artinya dimakan hijau. Mangga itu dianggap sebagai manenda terbaik. Teksturnya renyah dan rasanya manis gurih. Perawatan mangga khioe sawoei tak jauh beda dengan jernis mangga lain, mangga ini termasuk mudah dalam perawatannya, untuk mencapai buah pertama buah biasa nya membutuhkan waktu kuirang lebih 3 tahun dari waktu penanaman ( bibit dari okulasi ) .Pohonnya mempunyai cabang-cabang yang kuat dan bentuknya gampang di atur.

Manfaat

Sebagai buah meja atau sebagai minuman.

Syarat Tumbuh

Tanaman mangga termasuk tanaman dataran rendah. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian antara 0-300 m di atas permukaan laut. Meskipun demikian, tanaman ini juga masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut. Daerah dengan curah hujan antara 750-2.250 mm per tahun dan temperatur 24-27° C merupakan tempat tumbuh yang baik untuk tanaman buah ini. Jenis tanah yang disukainya adalah tanah yang gembur, berdrainase baik, ber-pH antara 5,5-6, dan dengan kedalaman air tanah antara 50-150 cm.

Pedoman Budidaya

Perbanyakan tanaman: Umumnya, tanaman mangga diperbanyak dengan okulasi, walaupun dapat pula dengan sambung pucuk dan cangkok. Sebagai batang bawah digunakan semai mangga madu, cengkir (indramayu), dan bapang. Penggunaan bibit dari biji tidak dibenarkan, kecuali untuk batang bawah. Batang bawah yang tidak serasi (inkompatibel) berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan pembuahan (produksi buah, bentuk buah, dan rasa daging buah) batang atas. Pembuatan bibit (semaian dan okulasi) biasanya langsung dilakukan di kebun. Kemudian, dipindahkan ke polibag setelah tinggi tunas sekitar 20 cm. Budi daya tanaman: Bibit ditanam dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm dengan jarak tanam 8-12 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 1-2 blek bekas minyak tanah atau 20 kg. Bibit okulasi ditanam di lahan setelah mencapai ketinggian lebih dari 75 cm. Pupuk buatan yang diberikan berupa campuran 200 kg urea, 500 kg TSP (667 kg SP-36), dan 150 kg KCl per hektar atau 200 g urea, 500 g TSP, dan 150 g KCl per tanaman.

Pemeliharaan

Pemupukan dilakukan empat kali dengan selang tiga bulan. Dosisnya meningkat sesuai dengan umur tanaman. Setelah mencapai tinggi 1 m, bibit dipangkas pada perbatasan bidang pertumbuhan agar dapat bercabang banyak. Cabang ini dipelihara 2-3 tunas per cabang. Pemangkasan diulang setelah cabang baru mencapai panjang 1 m, demikian seterusnya hingga diperoleh susunan 1-3-9 cabang.

Hama dan Penyakit

Hama yang merisaukan adalah penggerek batang (Cryptorrhynchus sp.) dan kumbang cicade (Idiocerus niueosparsus). Serangga hama pengisap Idiocerus sangat merusak bunga mangga hingga berguguran. Jumlah bunga betina rendah dengan pembuahan oleh tepung sari yang lemah. Serangan serangga (wereng) menyebabkan produksi mangga rendah. Hama ini dapat diatasi dengan semprotan insektisida sistemik Tamaron 0,2%. Pemberian insektisida melalui infus lebih dianjurkan untuk menghindari pengaruh jelek terhadap kumbang penyerbuknya. Penyakit yang sering menyerang, terutama di daerah beriklim basah adalah penyakit blendok (lh’plodia sp.), mati pucuk (Gloeosporium sp.), dan penyakit pascapanen (Botryodiplodia sp.) yang menyebabkan buah mangga cepat membusuk pada bagian pangkalnya. Namun, penyakit ini dapat menyerang batang sambungan bibit mangga bila kondisi lingkungan tanaman lembap dan dingin. Serangan Diplodia yang sangat merusak batang dapat diatasi dengan mengoleskan larutan Benlate 0,3% atau lisol 20-50% pada luka yang telah dibersihkan lebih dulu.

Panen dan Pasca Panen

Buah mangga dipanen setelah tua benar. Cirinya, bagian pangkal buah telah membengkak rata dan warnanya mulai menguning. Pemungutan buah yang belum tua benar menyebabkan rasanya agak asam dan kelat (mutu rendah). Umur buah dipanen kira-kira 4-5 bulan (110-150 hari) sejak bunga mekar (anthesis). Pemetikan harus hati-hati, tidak boleh jatuh, dan getahnya tidak boleh mengenai buah mangga tersebut. Umumnya, tanaman mangga berbunga pada bulan Juli-Agustus. Buah matang dapat dipanen pada bulan September-Desember. Buah harus dibersihkan dari kutu, jelaga, dan getah yang menempel.

2012
04.25

Budidaya Lengkeng

Budidaya Lengkeng

Diposkan oleh Nuryety Schatzy di 09:02 Categories
Buah fenomenal. Begitulah julukan yang cocok untuk lengkeng dataran rendah. Kehadirannya 2 tahun silam meruntuhkan anggapan lengkeng hanya berbuah di dataran tinggi berudara sejuk. Puluhan pekebun dan hobiis pun mengebunkan lengkeng di segala penjuru nusantara. Namun, tren penanaman setahun silam melahirkan beragam pengalaman. Sebuah tanda tanya besar pun seperti tercetak di kening pekebun. Varietas lengkeng dataran rendah mana yang paling cocok dikebunkan? Diamond river, pingpong, atau itoh?Sejak diperkenalkan secara gencar oleh Trubus pada 2004, maka tren lengkeng melanda Indonesia. Kini Dimocarpus longan yang ditanam pekebun mulai bisa dilihat hasilnya. Maklum, salah satu kelebihan lengkeng dataran rendah ialah sifatnya yang genjah. Pada umur 8 -18 bulan mulai belajar berbuah. Namun, di balik tren yang sudah berlangsung selama setahun, ternyata pengetahuan kita tentang lengkeng dataran rendah masih sangat minim.

Sampai saat ini misalnya, pertanyaan varietas mana yang paling cocok dikebunkan untuk skala komersial masih terus terlontar. Terus terang, sayapun belum berani merekomendasikan varietas terbaik. Pasalnya, saat ini di Taman Wisata Mekarsari (TWM) masih dievaluasi 16 varietas lengkeng dataran rendah yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber.

Penelitian dan pengalaman
Selain penelitian yang dilakukan TWM, sebetulnya pengalaman pekebun sukses lain bisa dijadikan rujukan. Sebagai contoh, perjalanan saya ke kebun milik Lie Ay Yen di Banyumanik, Semarang dan Prakoso Heryono di Demak, pada penghujung Januari memberi masukan yang sangat berharga. Mata terbuka lebar setelah menyaksikan penanaman 3 varietas populer, diamond river, pingpong, dan itoh itu dalam skala kebun komersial. Membandingkan ketiganya menjadi lebih mudah karena tanaman yang diamati lebih banyak.

Sebelum berbicara lebih jauh, perlu ditegaskan kembali, dari ketiga varietas itu diamond river dan pingpong yang asli lengkeng dataran rendah tropis. Ia berasal dari Vietnam, lalu dikembangkan di dataran rendah Thailand. Dari Thailand menyebar ke Malaysia lalu ke Indonesia. Sebaliknya, itoh bukanlah asli lengkeng dataran rendah. E daw – sebutan itoh di Thailand  adalah lengkeng subtropis. Semula ia banyak ditanam di Thailand bagian utara seperti di Chiangmai dan Lamphun. Lalu secara perlahan beradaptasi ke dataran rendah setelah ditanam para pekebun di di Samut Songkhram dan Rayong.

Pengetahuan dasar itu penting untuk mengetahui sifat dan karakter lengkeng dataran rendah lebih mendalam. Dari penelitian -yang masih terus berjalan – dan pengamatan ke sejumlah pekebun itu, saya mencoba menganalisa sifat dan karakter 3 varietas lengkeng dataran rendah yang telah populer itu.

Sifat dan karakter
Pertama , diamond river. Karena memang asli lengkeng dataran rendah maka mata berlian – sebutan diamond river di Malaysia -mudah berbuah di Indonesia. Sifat unggul diamond river terletak pada sosok tanamannya . Percabangan banyak dan produktivitas tinggi. Ia juga berbuah sepanjang tahun. Makanya kita lazim melihat pohon diamond river bertaburan bunga dan buah. Rasa buah manis, tapi berkualitas rendah. Daging buah tipis, transparan dan becek.

Kedua , pingpong. Sama seperti diamond river, pingpong asli lengkeng dataran rendah sehingga mudah berbuah. Buahnya eksotik karena berukuran jumbo, bahkan beberapa di antaranya benar-benar sebesar bola pingpong. Sayang, ukuran buah besar itu diikuti oleh biji yang besar pula. Kelemahan lain, sifat apical dominance alias pucuk cenderung tumbuh memanjang dan jarang bercabang.

Dompolan buah sebenarnya cukup lebat. Tetapi karena percabangan yang sedikit tadi, maka total buah pada satu pohon menjadi sedikit pula. Saya sering melihat pingpong berumur 2 tahun hanya mempunyai 5 cabang yang ngelancir . Artinya, hanya 5 dompol buah yang terbentuk. Dengan 20 -25 buah per dompol, maka hasilnya hanya 100 -125 buah per pohon.

Ketiga , itoh. Dibanding kedua varietas sebelumnya, kualitas itoh paling bagus. Bayangkan saja lengkeng impor terbaik yang kerap kita beli di pasar swalayan. Daging buahnya kering, manis, tebal, dan renyah. Bahkan di kebun Lie Ay Yen kita diberi kesempatan memetik sendiri buah langsung dari pohonnya! Terbayang kesegaran dan kenikmatannya bukan?

Di dataran rendah Thailand dan Malaysia, produktivitas itoh juga tinggi. Sayang, di Indonesia ia sulit berbuah karena teknik membuahkannya belum tepat. Lalu bagaimana?Kalau masih begini terus belum ada satupun dari ketiga varietas itu yang dapat dikebunkan secara komersial.

Tingkatkan kualitas
Namun, tunggu dulu, jangan buru-buru menebang dan membuang diamond river, pingpong, dan itoh di kebun Anda. Diamond river misalnya. Teknik penanaman dengan surjan atau bedengan;pemupukan tepat waktu;dan tepat unsur hara dipercaya bisa mengatasi beceknya buah. Kuncinya ialah pekebun harus rajin mencoba.

Pengalaman Lie Ay Yen contohnya. Pada saat buah diamond river muda memang daging buah banyak berair, tapi dengan penanaman pada bedengan yang ditinggikan, maka kelebihan air dapat dibuang. Maka seiring bertambahnya umur buah, daging semakin kering dan biji semakin mengecil. Itu saran bagi pekebun yang sudah menanam. Sedang bagi mereka yang mau terjun menanam lengkeng, diamond river lebih cocok untuk ditanam sebagai tabulampot atau tanaman pekarangan karena tajuknya indah dan buah yang lebat.

Sementara pingpong, saya sendiri hampir mencoretnya sebagai varietas unggul. Namun, perjalanan ke kebun Prakoso memaksa saya menarik kembali pendapat itu. Saya melihat pingpong asal biji yang ditanam Prakoso 1,5 -2 tahun silam mulai berbunga. Itu luar biasa, jarang sekali tanaman dari biji bersifat genjah. Daunnya besar seperti daun jeruk Bali, tapi melengkungnya daun menegaskan bahwa itu asli keturunan pingpong. Ini meyakinkan saya menanam pingpong dari biji dapat menghasilkan mutasi yang menguntungkan untuk dikembangkan.

Lengkeng super
Karena dari biji, maka banyak varian pingpong yang muncul. Mulai dari variasi ukuran, warna dan bentuk buah;daun;dan percabangan. Ada tabulampot pingpong yang pendek, kompak dan rimbun. Cabangnya banyak, walaupun daunnya tetap melengkung. Bahkan, saya melihat buah pingpong berpelat, seperti rambutan rapiah. Warna kulitnya juga putih kehijauan, bukan cokelat. Saya menduga 2 – 3 tahun ke depan bakal muncul lengkeng super dari indukan pingpong dengan lokal.

Yang terakhir itoh, inilah harapan kita saat ini. Menurut saya, itoh-lah yang paling pantas dikebunkan secara komersial. Buah kering, manis, tebal, dan renyah sudah pasti diminati konsumen. Walaupun ia bukan asli lengkeng dataran rendah bukan berarti dia tak dapat dibuahkan. Dengan perlakuan tertentu terbukti ia dapat dibuahkan. Di Thailand pekebun menggunakan KClO3 untuk merangsangnya berbuah.

Sayang, bahan baku kembang api itu sulit diperoleh di Indonesia. Namun, Lie Ay Yen telah sukses membuahkan itoh dengan 2 kunci:bibit berkualitas diambil dari itoh yang telah beradaptasi  dan kombinasi pemupukan yang tepat. Dengan mata kepala sendiri saya melihat, itoh berumur 1, 5 tahun digelayuti buah walau terlihat agak stres. Saya menduga, bila dibuahkan pada umur 2, 5 tahun dengan percabangan yang lebih kokoh, maka hasil 10 kg per pohon bukan impian di siang bolong. (Dr Reza Tirtawinata, praktikus buah di Bogor)

2012
04.25

DISSERTATION ” Studies on the Biology of the Ambrosia Beetle, Platpus quercivorus (Murayama) in the Gallery, related to Frass Production and Male Behavior “”

  DISSERTATION 

  ” Studies on the Biology of the Ambrosia Beetle, Platpus quercivorus

  (Murayama) in the Gallery, related to Frass Production and Male Behavior  “”

   HAGUS TARNO

   KYOTO UNIVERSITY

   2011

(bisa di baca di ruang baca FP)

 

2012
04.25

THESIS ” FUNCTIONAL ANALYSES OF PATHOGENICITY GENES IN XANTHOMONAS AXONOPODIS pv.citri

THESIS 

” FUNCTIONAL ANALYSES OF PATHOGENICITY GENES IN XANTHOMONAS AXONOPODIS pv.citri

LUQMAN QURATA AINI

Science and Technology , Educational Division

Departemen of Biosciene

Shizuoka University

June 2010

(bisa di baca di ruang baca FP)

2012
04.25

Karya Ilmiah /Penelitian mandiri setara Disertasi : BUDI SANTOSO”

Karya Ilmiah /Penelitian mandiri setara Disertasi

“”   BUDI SANTOSO  “””

“” PERUBAHAN SIFAT SIFAT ANDISOL AKIBAT

PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DAN POTENSI UNTUK ASPARAGUS  “”

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

1998

(bisa di baca di ruang baca FP)

2012
04.25

Disertasi ” PENGARUH PENYAWAHAN TERHADAP MORFOLOGI , PEDOGENESIS , ELEKTROKIMIA DAN KLASIFIKASI TANAH “

Disertasi ” PENGARUH PENYAWAHAN TERHADAP

MORFOLOGI , PEDOGENESIS , ELEKTROKIMIA DAN KLASIFIKASI TANAH  “

MOCHAMMAD MUNIR

FAKULTAS PASCASAARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1987

(bisa di baca di ruang baca  FP)