11.26
SKR-FP-BP-2013-166 | Tomy Hardiman | 0910480283 | Pengaruh waktu penyiangan gulma pada sistem tanam tumpangsari kacang tanah (Arachis Hypogaea L.) dengan ubi kayu (Manohot esculenta Crants) | Bp/Agrotek | Prof Dr Ir Husni Thamrin Sebayang MS | Dr Ir Titik Islami MS |
RINGKASAN
Tomy Hardiman. 0910480283-48. Pengaruh Waktu Penyiangan Gulma Pada Sistem Tanam Tumpangsari Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS. sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Titiek Islami, MS. sebagai Pembimbing Pendamping.
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan penting di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (2012) menyebutkan bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan 2012, penurunan luas lahan pertanaman kacang tanah menurun sebesar 158.566 hektar. Ubi kayu ialah komoditas tanaman pangan di Indonesia setelah padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Pada produksi skala nasional, pada tahun 2005 ubi kayu menghasilkan 19.321.183 ton dan pada tahun 2012 menghasilkan 22.677.866 ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Akibat terus berkurangnya luas lahan untuk budidaya kacang tanah, maka sistem tanam tumpangsari dengan tanaman lain seperti ubi kayu dipandang mampu untuk mengatasi permasalahan luasan lahan dan produksi kacang tanah. Namun demikian, praktek budidaya kacang tanah dan ubi kayu baik secara monokultur ataupun tumpangsari selalu menghadapi masalah pengurangan hasil terutama disebabkan oleh gulma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari waktu penyiangan yang tepat dalam sistem tanam tumpangsari antara kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Hipotesis yang diajukan adalah penyiangan gulma pada umur 2 mst dan 4 mst dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil sistem tanam tumpangsari antara kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.).
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Jatikerto FP-UB di Desa Jatikerto, Kec. Kromengan Kabupaten Malang pada bulan April 2013 sampai dengan Juli 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, tugal, gembor, label, penggaris, meteran, tali rafia, timbangan analitik, Leaf Area Meter (LAM), bambu untuk kuadran dengan ukuran 100 cm x 100 cm, oven, sprayer, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah stek ubi kayu varietas Adira 1, benih kacang tanah varietas Jerapah, pupuk Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5) serta KCl (60% K2O). Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu (G1) : tidak disiang, (G2) : penyiangan umur 2 mst, (G3) : penyiangan umur 4 mst, (G4) : penyiangan umur 6 mst, (G5) : penyiangan umur 2 mst dan 4 mst, (G6) : penyiangan umur 2 mst dan 6 mst, (G7) : penyiangan umur 4 mst dan 6 mst, (G8) : penyiangan umur 2 mst, 4 mst dan 6 mst dan (G9) : bebas gulma sampai panen. Ada tiga jenis pengamatan yaitu pengamatan gulma dan pengamatan kacang tanah yang dilakukan secara destruktif pada saat sebelum pengolahan tanah, umur 2 mst, 4 mst, 6 mst dan 8 mst serta pengamatan ubi kayu yang dilakukan secara non destruktif setiap satu bulan sekali selama lima bulan. Untuk pengamatan gulma variabel yang diamati meliputi analisis vegetasi dan bobot kering gulma. Pengamatan kacang tanah meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, Indeks Luas Daun (ILD), bobot kering tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan konversi hasil. Sedangkan pengamatan ubi kayu meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (Uji F) pada taraf 5% dan apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma yang dominan pada tumpangsari antara tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) adalah gulma dari golongan berdaun lebar seperti Heliotropium indicum L., Cleome rotidospermae, Hedyotis corymbosa L. Lamk., Phyllanthus niruri serta Eclipta prostrata dan gulma dari golongan teki yaitu Cyperus rotundus. Penyiangan gulma yang dilakukan umur 2 mst dan 4 mst berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, jumlah polong isi per tanaman dan jumlah biji kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada sistem tumpangsari dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) apabila dibandingkan dengan tanpa penyiangan. Penyiangan gulma dua kali yaitu pada umur 2 mst dan 4 mst lebih efektif daripada penyiangan gulma sebanyak tiga kali yaitu pada umur 2 mst, 4 mst dan 6 mst serta bebas gulma sampai panen. Gulma berdaun lebar lebih mendominasi pada tumpangsari antara kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dengan ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) dibandingkan dengan gulma teki dan gulma rumput-rumputan. Penyiangan gulma dua kali yaitu pada umur 2 mst dan 4 mst dapat menekan pertumbuhan gulma.
SUMMARY
Tomy Hardiman. 0910480283-48. Effect of Time Weeding in Intercropping Systems Peanuts (Arachis hypogaea L.) with Cassava (Manihot esculenta Crantz.). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS. as the main supervisor and Dr. Ir. Titiek Islami, MS. as the second supervisor.
Peanuts are one of the important legumes in Indonesia. Data BPS (2012) states that since 2005 up to 2012, the decline in peanut crop land area decreased by 158,566 hectares. Cassava is commodities the crops in indonesia after rice corn, soybean, peanut and green beans. For the national production in 2005 produced 19,321,183 tonnes of cassava and in 2012 produced 22,677,866 tonnes (BPS, 2012). As a result of progressive loss of land for cultivation of peanuts, then intercropping systems with other crops such as cassava is opinion able to overcome the problems of land area and peanut production. However, peanut and cassava cultivation practices either in monoculture or intercropped always the problem of yield reduction is mainly caused by weeds. The purpose of this research is to know and learn weeding time on intercropping system between peanut (Arachis hypogaea L.) with cassava (Manihot esculenta Crantz.). The hypothesis is weeding weeds at the age of 2 wap and 4 wap can increase growth and crop yield on intercropping system between peanut (Arachis hypogaea L.) with cassava (Manihot esculenta Crantz.).
This research was conducted at the Experimental Farm Jatikerto FP-UB at Jatikerto village, Kromengan district Malang started from April 2013 until July 2013. The tools used in this research include hoes, dibble, watering can, label, ruler, gage, rope, analytical scale, Leaf Area Meter (LAM), bamboo quadrant with a size of 100 cm x 100 cm, oven, sprayer, digital camera and tools write. The materials used are varieties of cassava cuttings Adira 1, peanut seed varieties Jerapah, Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5) and KCl (60% K2O). The experiment used Randomized Block Design (RBD) non factorial with 9 treatments and 3 replications, namely (G1): no weeding, (G2) : weeding 2 wap, (G3) : weeding 4 wap, (G4) : weeding 6 wap, (G5) : weeding 2 wap and 4 wap, (G6) : weeding 2 wap and 6 wap, (G7) : weeding 4 wap and 6 wap, (G8) : weeding 2 wap, 4 wap and 6 wap, (G9) : weed free until harvest. There are three types of observation are observations of weeds and peanuts are conducted destructively at the time before tillage, at 2 wap, 4 wap, 6 wap and 8 wap and cassava observations made in non-destructively every month for five months. Weeds observation variables used include the analysis of vegetation and dry weight of weed. The observations of peanut include plant height, number of leaves, leaf area, Leaf Area Index (LAI), dry weight, number of pods per plant, number of empty pods per plant, number of seeds per plant, dry weight of pods per plant, seed weight per plant, weight of 100 seeds and conversion results. While observations cassava are plant height and number of leaves. Data obtained from observations were analyzed using Analysis of Variance (Test F) at the level of 5% and if there is a real effect, then continued with the Duncan test (DMRT) at 5% level.
The results showed that the dominant weeds in intercropping systems peanut (Arachis hypogaea L.) with cassava (Manihot esculenta Crantz.) is a broadleaf as Heliotropium indicum L., Cleome rotidospermae, Hedyotis corymbosa L. Lamk., Phyllanthus niruri and Eclipta prostrata and sedges as Cyperus rotundus. Weeding at 2 wap and 4 wap was significant effect on plant height, number of leaves, dry weight, number of pods and number of seeds per plant of peanut (Arachis hypogaea L.) in intercropping systems with cassava (Manihot esculenta Crantz.) when compared with no weeding. Weeding twice, at ages 2 wap and 4 wap is more effective than weeding three times that at the age of 2 wap, 4 wap and 6 wap and weed free until harvest. Broadleaf dominate in intercropping systems peanut (Arachis hypogaea L.) with cassava (Manihot esculenta Crantz.) compared with sedges and grasses. Weeding twice, at ages 2 wap and 4 wap can suppress weed growth.